Rabu, 03 Maret 2010

kritiklah diri sendiri dulu baru orang lain

Sejak duduk di sekolah dasar kita tentu akrab dengan kalimat yang selalu terdengar setiap senin pagi, tepatnya saat upacara bendera: ‘untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.’

Itulah tujuan tertulis dari Negara ini, dan Negara-negara lain pun dapat dikatakan mempunyai tujuan akhir yang sama yakni menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum public, coomon good, common weal).

Namun, jika setiap pagi dan sore yang terlihat di media berita adalah penggusuran, bongkar paksa pedagang kaki lima, dan kasus pertanahan lainnya yg ujung2nya memnangkap ‘si kaya’ yang kerap kali terjadi di Negara ini, apakah tak pantas kita tanyakan kembali ,’sebenarnya apa tujuan sebuah Negara, khususnya negeri tercintaku ini? Benarkah untuk menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya? atau mungkinkah aku sebagai rakyat kecil yang lugu salah mengartikan kalimat itu? Mungkin otak polosku sebagai rakyat jelata tak bisa menafsirkannya dengan benar, karena masyarakat berpendidikan rendah seperti kami mengartikan rentetan kata itu sebagai suatu hak bagi kami untuk hidup dan memiliki tanah tetap untuk berpijak setiap malam, walaupun kami harus mengisi perut dengan usaha setengah mati demi sesuap nasi.’

Rumah-rumah digusur, padahal itu harta satu-satunya, tanpa solusi transmigrasi apalagi ganti rugi. Mereka bilang karena kami salah, tidak mempunyai bukti kepemilikan, bukti kepemilikan yang kami bayar dengan jerih payah itu palsu, atau karena tanah itu milik Negara bukan milik kami. Ya .. milik Negara, sehingga Negara berhak membangun sebuah gedung mewah pusat perbelanjaan di atas tanah yang dulu tempat gubuk kami berdiri, yang harga barangnya tak dapat kami jangkau, bukan karena milik Negara sehingga negara memberikan kesempatan pada warga yang tak punya tempat tinggal untuk menempatinya dg dalih orang miskin dipelihara negara. (ternyata otakku juga salah penafsiran akan hal ini)

Tapi tunggu, bukankan Umar sebagai khalifah berabad-abad lalu begitu peduli akan nasib rakyatnya yang hanya merebus batu karena tak punya beras, hingga ia membopong sendiri beras itu dengan tangannya kepada mereka, setiap hari berkeliling melihat kondisi rakyatnya, dan takut kalau saja jalan yang rusak akan membuat keledai yang berjalan jatuh.

Tidak, selama ini logikaku memang masih berjalan. Dan otakku tidak salah penafsiran. Dan kasarkah jika aku bilang ‘Hanya saja ada pemimpin yang berTuhankan Allah dan takut Allah menjauh darinya, dan ada yang berTuhankan uang dan takut uang menjauh darinya.’

Apakah itu sebuah kritik,,? hanya mengkritik tapi apa juga yg telah kita sumbang buat Negara ini? Tidak ada dan hanya menyalahkan. Apa kita sudah menjalankan amanah yang kita emban dengan baik? Sudahkah jadi hamba yg sholeh, mahasiswa yang bertanggung jawab, anak yg bertanggung jawab, kakak yg bias jadi contoh adek2nya, menjalankan piket kos dengan ikhlas wa bertanggung jawab dan menjalankan peran2 kita lainnya dengan sebaik-baiknya sebelum kita bermimpi dan berplaning akan menjadi seorang presiden dan pejabat Negara yg amanah dan adil serta tidak membiarkan rakyat menangis.

1 komentar:

shultoni mahardika mengatakan...

Pemikiran yg realistis ttg masa sulit skrg ni,klu q bleh blg shrsx pmerintah mmbri solusi bkanx mslah,penggusuran dan tindakan yg dilakukan pmerintah saat ini masih sepihak. Mereka hanya menilai kbenaran brdasarkan kpentingan dri mereka/golonganx,tdk sprti khalifah umar yg memandang suatu permasalahan dr 2 sudut pandang,tdk hnya pemikirannya saja. Karena tujuan semuanya adalah demi kepentingan semua rakyatnya!