Jumat, 07 Oktober 2011

kita butuh sedih


kamu normal deh kalo pernah sedih 'lo manusia kan?'
kalo enggak, periksa gih!
Rosul aje pernah sedih, apalagi kita?

saya punya kebiasaan baru akhir2 ini kalo lagi sedih.
kebiasaan ini cukup efektif ngurangin kesedihan (kalo saya), tiap orang pasti punya cara tersendiri.
kalo lagi sedih karena kehilangan "sesuatu" (agak gimana gitu ama kata ini), ato karena dan karena lainnya, saya langsung ambil majalah bulanan, NH, edisi juli 2011, kebetulan covernya gambar mata merem trus keluar air matanya.(maksudnya lagi bahas ttg sedih).
yak,, langsung aja saya ngambil tu majalah ,buka halaman ke 10, dan IQRO'!
gini nih isinya

judul artikel: JANGAN SEDIH DI JALUR INI (g disebutin yg nulis sapa, moga Alloh ngebales amal beliau)

ini tentang sedih yang tak perlu di hati orang-orang mukmin. sedih ini yang model kepikiran sepanjang hari lantaran hilang uang sepuluh ribu,sedih karena tidak mendapat pujian, sedih tak mendapat perhatian orang, sedih kalah bersaing, sedih karena untung tak sesuai harapan, dan segala kesedihan yang muncul karena ambisi tak tertuangkan.

memang kita tidak akan pernah luput dari kesedihan dalam urusan dunia. wajar apabila seseorang, lantaran keinginannya tidak terpenuhi, kemudian dia bersedih. kehilangan orang-orang yang dicintai atau jerih payah yang tak terpenuhi, hati menjadi bersedih, justru menunjukkan tabiat kemanusiaan seseorang.

saat salah satu putera Rosulululloh meninggal, beliau menangis sedih. kemudian salah seorang sahabatnya bertanya, "Ya Rosul, engkau menangis". para sahabat memahami bahwa menangisi orang yang meninggak adalah bentuk ketidakridhaan dengan takdir dan itu perbuatan tercela. namun, Rosululloh bersabda , "tidak, ini tangisan kasih sayang".

kesedihan itu untuk satu waktu dimana kita merasa lapang ketika melakukannya. namun selanjutnya kita harus mengerti ia ada batasnya.

menjadi tidak baik apabila kita tidak sanggup memutuskan kapa kededihan itu harus berhenti. kita larut ke dalam keputusasaan, kemudian mengumpati takdir, akhirnya tidak bersyukur. dalam keadaan seperti inilah syetan datang dengan muslihatnya, "kemudian saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau akan mendapati kebanyakan mereka tida bersyukur" (Al-A'Raff:17)

ketahuilah, kesedihan karena tak tercapainya hasrat dunia, hanya menyimpan kekuatan yang menhentikan , bukan menggerakkan, memadamkan semangat, menghabiskan rasa syukur, mnumpuk keputusasaan, dan mengundang bibit penyakit. anda tahu, Dr Alexis Carlyle, pemenang hadiah nobel dalam dunia kedokteran pernah berkata, "para pekerja yang tidah tahu bagaiman cara mengatasi kesedihan akan mati lebih cepat!"

maka meski tak bisa hilang sepenuhnya, volume kesedihani ini perlu diperkecil. buat apa disimpan terus menerus. paling-paling dia hanya mengundang simpati manusia yang membuat kita malah menjadi manusia "manja" dan enggan mengevaluasi diri. atau justru mengundang olok-olok dari orang-orang yang tidak menyukai kita.

selebihnya, sedih ini kosong dari kebersahajaan dunia apalagi akhiratnya. Allah SWT melarang kita bersedih di jalur ini. Karena sedih seperti ini hanyalah sikap yang lemah. Allah berfirman, “ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati,” (al-imran:139)

saudaraku, janganlah sedih di jalur ini. Karena ia tak akan punya ujung kecuali menemukan kesenangan penggantinya. Sedang semua tahu, dimanakah ada di dunia ini kesenangan yang abadi? Tidak ada. Maka saat kesenangan itu pergi, sedih itu datang kembali. Giliran kesenangan datang, sedihnya hilang. Saat senangnya pergi , ia datang lagi. Silih berganti, ia seperti bola di tangan anak kecil yang bisa dilempar kesana kemari. Diombang-ambingkan.

Itu karena kita menyandarkan kesenangan itu bukan dalam kesenangan ukhrowi. Bukan kesenangan dalam taqwa kepada Allah. Lihatlah satu perumpamaan orang-orang yang bersedih di jalur ini: “perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”(QS. Al-Baqoroh: 17).
Atau perumpamaan berikut ini: “....setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.” (Al-Baqoroh:20)

Mereka menyalakan api. Ketika api itu menyala, mereka bersuka ria dan bergembira. Namun ketika padam, mereka menjadi sesak hati. Atau perumpamaan kedua; mereka seperti berjalan di tengah hujan, menunggu kilat yang dengan cahayanya mereka bisa berjalan. Saat kilat tiada, semuanya menjadii gelap gulita. Lantas mereka terdiam dalam ketakutan dan kesedihan. Api dan kilat dalamm ayat tersebut, adalah perumpamaan duniawi yang passti lenyap. Saat ia hilanh, maka kesedihan akan datang.

Mengapa ada manusia memilih sedih di jalur ini.? Ya karena mereka telah mengambil kebahagiaan dari selain Allah. Mereka senang bukan karena bisa beramal solih, bukan senang karena menjauhi dosa. Senangya adalah senang dunia. Ada orang tua yang berlebihan mencintai anaknya, membangga-banggakan, maka ketika anak itu hilang, mereka merasa hidupnya tak berarti.

Ada seorang penceramah yang terlalu bangga dengan kehebatannya dalam berkata-kata, maka ketika tidak ada aprresiasi dari pendengarnya, dia tersinggung dan sakit hati. Ada orang yang selalu merasa sempurna dengan karya-karyaya , maka ketika ada yang mengkritik , dia tersinggung. Ada orang yang kikir dengan hartanya, maka saat hilang uang sepuluh ribu rupiah, bersedihnya bisa sepanjang hari.

Atau ada yang biasa memberi, ttapi sedih karena tidak diterimakasihi. Ada juga yang mencoba-coba berbisnis, tapi ia Cuma tahu caranya berusaha, tapi tidak tahu caranya tawakkal, maka saat gagal , dia sedih berkepanjangan.

Begitulah sedih di jalur ini. Tidak mengundang apapun kecuali keterpurukan dan kegetiran. Apakah anda masih mau bersedih di jalur ini? Tentu tidak.
Maka berdoalah, sebagaimana Rosululloh berdoa di setiap paginya, “Allohumma Inni A’udzubika minal hammi wal hazan”
Ya Alloh, aku berlindung kepadamu dari rasa gelisah dan sedih. Semoga kita bisa menghidari sedih di jalur ini. Wallohu A’lam Bisshowab.


nambahin dikit
"Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Seluruh perkaranya baik baginya. Tidak ada hal seperti ini kecuali hanya pada orang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan lantas dia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan jika dia ditimpa kesulitan lantas dia bersabar, maka hal itu baik baginya." (Riwayat Muslim, no. 2999)

Tidak ada komentar: