Jumat, 05 Februari 2010

ngamuk=PMS (Premenstrual Syndrome)?

Kalo ibu, istri, kakak atau adik perempuanmu tiba-tiba marah-marah gak jelas, teriak-teriak ato nangis tanpa sebab, kita gak perlu ngebales mereka dengan ikut-ikutan sumpek, positif thinking kan lebih sehat, mungkin saja mereka sedang terserang PMS , bukan Penyakit Menular Seksual , tapi Premenstrual Syndrome. Aku aja sebenernya baru nyadar ada Syndrome kaya gini. Kenali lebih jelas PMS….
Premenstrual Syndrome
Adalah istilah yang mengarah pada sekumpulan gejala kognitif dan fisik yang terjadi selama fase luteal dan sekretoris dari siklus menstruasi dan akan menurun saat awal menstruasi. Meskipun lebih dari 80% dari wanita yang sedang menstruasi mengeluh satu atau lebih gejala PMS, hanya sekitar 40 % gejala yang wanita alami berefek ke aktivitas harian mereka dan sekitar 2,5-5% yang mengalami kelemahan berat. Variasi PMS yang membawa gejala psikologi berat baru-baru ini dinamakan PDD (Premenstruasi Dysphoric Disorder)
Etiologi
Meskipun penyebab pasti PMS belum diketahui secara komplit, hal-hal yang mungkin mempengaruhi adalah ketidakseimbangan hormonal (khususnya, level progesteron yang rendah selama fase luteal), respon neurotransmitter yang abnormal (khususnya perubahan level serotonin), fungsi poros hipotalamus-hipofisis-adrenal yang abnormal, kurangnya nutrisi (termasuk Mg dan Ca), dan pengaruh lingkungan (termasuk stres). Karena penyakit inPi dipengaruhi banyak faktor, akan sulit menentukan strategi pengobatan yang paling bagus untuk pasien tertentu.
Karakteristik
Gejala PMS bervariasi antarindividu, tetapi umumnya gejala tersebut menyangkut emosi dan tingkah laku termasuk sedih, gelisah, peka, letih, konsentrasi turun, dan ingin makan. Gejala fisik diantaranya kram perut, kembung, sakit kepala, dan payudara menjadi halus. Menurut ACOG (American College of Obsetricians and Gynecologist), PMS dapat didiagnosis jika pasien mengalami minimal satu gejala emosional dan satu gejala fisik selama 5 hari sebelum menstruasi selama 3 kali siklus berturut-turut. Gejala emosional dapat berupa depresi, marah, gelisah, bingung, atau menghindari pergaulan. Gejala fisik, misalnya payudara halus, perut kembung , sakit kepala, atau bengkak pada anggota gerak. ACOG merekomendasikan suatu diagnosis yang didasarkan pada keseharian pasien yang dicatat dan dibuat grafik gejala selama 2-3 bulan berturut-turut. Sedangkan diagnosis PDD membutuhkan setidaknya 30% peningkatan gejala dengan hebat dari fase folikular ke fase luteal. Minimal lima gejala harus ada sebelum menstruasi , yakni perasaan depresi atau putus asa, tegang atau gelisah, cenderung labil, atau gampang tersinggung. Selain itu, pasien juga mengalami kombinasi dari kondisi berikut: malas beraktivitas, sulit konsentrasi, kehabisan energy, perubahan nafsu makan, perubahan pola tidur, merasa tak terkontrol atau terlalu gembira, atau gejala fisik lainnya, seperti payudara menjadi lembut, atau bengkak. Gejala-gejala ini harus cukup mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Manajemen
Rekomendasi ACOG disarankan untuk diagnosis dan pengobatan PMS sebagai pertimbangan manajemen yang spesifik. Langkah pertama yang harus dilakukan yakni makan makanan karbohidrat komplek, olahraga aerobik, mengkonsumsi suplemen nutrisi, seperti Ca, Mg, Vit E dan spironolactone jika perlu. Langkah kedua gunakan obat inhibitor penyerapan serotonin, dan jika perlu, gunakan anxiolytics. Langkah ketiga, dengan menggunakan penekan ovulasi hormon yakni menggunakan lawan gonadotropin releasing hormone.
Sumber:
(Ragucci, Kelly R., 2004. Pharmacotherapy Self-Assessment Program : Women’s health. 5th Edition)

Tidak ada komentar: